(Tingkat Mahaguru, mendapatkan hak untuk menurunkan keilmuan kepada orang lain)
Menyambut hari kelahiran saya pada tanggal 8 Juli, maka izinkanlah saya membagikan satu keilmuan pamungkas dari warisan leluhur agung, yaitu Ajian Atmananda Ṛṣi Karunya. Sebuah keilmuan yang dianugerahkan kepada saya dari hasil tirakat dan puasa selama 7 hari, atas sabda dan kawruh tiga leluhur suci Jawa-Bali (ilustrasi ketiga leluhur suci saya sertakan, dengan tingkat akurasi visual sebesar 99% sesuai dengan wujud yang diperlihatkan kepada saya):
1) Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh
Adalah sebutan lain untuk Dang Hyang Nirartha, seorang tokoh Hindu dari Jawa yang terkenal di Bali dan sekitarnya. Ia juga dikenal dengan nama Mpu Nirartha dan Dang Hyang Dwijendra. Di Lombok, ia dikenal sebagai Pangeran Sangupati, sedangkan di Sumbawa dikenal sebagai Tuan Guru Semeru.
Dang Hyang Nirartha dikenal sebagai seorang reformis spiritual yang menyempurnakan ajaran Hindu Bali, melanjutkan apa yang telah dirintis oleh Mpu Kuturan pada abad ke-11. Beberapa catatan tentang Dang Hyang Nirartha dapat ditemukan dalam berbagai sumber, termasuk Lontar Dwijendra Tattwa, Kakawin Dang Hyang Nirartha, dan Babad Dwijendra. Ia juga disebut dalam berbagai sumber lain, baik di Bali maupun di luar Bali.
Beliau mendirikan atau merenovasi banyak pura di Bali, termasuk Pura Rambut Siwi (yang menyimpan potongan rambutnya), Pura Pakendungan (tempat menyimpan pusaka kerisnya), dan Pura Tanah Lot (yang dibangun setelah ia memindahkan batu karang dengan kekuatan spiritualnya). Beliau dikenal memiliki kemampuan supranatural yang sangat tinggi, termasuk kemampuan memindahkan batu karang yang kemudian menjadi Pura Tanah Lot. Beliau mencapai moksa di Pura Uluwatu.
2) Ida Bhatari Ratu Niang Sakti
Juga dikenal sebagai Ida Bhatari Lingsir, adalah dewi pengasih dalam tradisi Hindu Bali. Ia dianggap sebagai manifestasi dari Ida Rai Istri, anak Dang Hyang Nirartha, yang moksa di Suwung dan kemudian dipuja dengan gelar ini.
Beliau dihormati sebagai sosok yang lembut, penuh kasih, selalu memberi petunjuk kepada umat manusia yang bingung, serta dikenal pemurah terhadap siapa pun yang berdoa kepadanya. Ia adalah salah satu dari tujuh anak Dang Hyang Nirartha yang lahir dari istrinya Sri Patni Keniten di wilayah Blambangan (sekarang Banyuwangi).
Nama "Rai Istri" berarti "wanita suci". Ia dikenal cantik sekaligus memiliki pengetahuan spiritual yang mendalam. Dalam cerita perjalanan spiritual Dang Hyang Nirartha dari Blambangan ke timur Bali, rombongannya melewati seekor naga dan keluar lewat telaga penuh bunga tunjung (merah-putih-hitam). Setelah itu, wajah Dang Hyang Nirartha berubah warna sehingga menyebarkan ketakutan, dan anggota keluarganya tercerai-berai.
Ida Rai Istri tetap mengikuti ayahnya hingga akhirnya "menghilang" dan moksa (mencapai pencerahan) di hutan Suwung. Ia kemudian dipuja sebagai Batari Lingsir (gadis suci) atau Ratu Niang Sakti di Pura Tanah Kilap, Desa Suwung, Denpasar. Pura ini didirikan sekitar tahun 1962 setelah munculnya sosok wanita misterius yang membantu kelancaran pembangunan jembatan setempat.
Pura ini menjadi tempat ritual bagi umat Hindu dan non-Hindu, terutama yang berharap rezeki, jodoh, atau kesembuhan, serta mereka yang ingin menghargai harmoni lintas kepercayaan. Pemujaannya di pura tersebut mengilhami toleransi budaya dan agama, menyatukan generasi Hindu dan Tionghoa dalam penghayatan dan doa.
Representasi Ida Rai Istri sebagai “ling-lingsir” (wanita penuh kebijaksanaan) mengajarkan penghormatan terhadap sosok yang lembut dan bertuah.
3) Ida Betara Ratu Gede Mas Mecaling
Adalah salah satu tokoh legendaris dalam kepercayaan spiritual Bali, terutama di daerah Nusa Penida. Ia dikenal sebagai dewa atau penguasa yang sakti, yang memegang peranan penting dalam dunia gaib, kekuatan alam, dan perlindungan bagi umat yang memujanya.
Ida Betara Ratu Gede Mas Mecaling adalah manifestasi dari kekuatan gaib dan spiritual yang luar biasa. Nama "Gede" menunjukkan sifatnya yang besar atau agung, dan "Mecaling" merujuk pada taringnya yang panjang, simbol dari kekuatan dan ketajaman spiritual.
Salah satu kisah saktinya adalah bahwa ia menguasai Pura Dalem Ped, tempat suci yang sangat dihormati di Nusa Penida. Di pura ini, ia diyakini dapat memberikan perlindungan dari segala bentuk gangguan, baik dari kekuatan jahat maupun penyakit. Ia juga dikenal sebagai Bhatara Kala, penguasa kekuatan bawah tanah dan samudra.
Dalam legenda Bali, ia membantu menjaga kehidupan dan memberikan keseimbangan antara dunia manusia dan dunia roh. Masyarakat Bali memujanya sebagai pelindung spiritual, serta sebagai simbol dari kekuatan moral yang menjaga agar umat hidup sesuai dengan dharma (kebenaran).
Ada cerita bahwa Ida Betara Ratu Gede Mas Mecaling pernah terlibat dalam konflik dengan desa-desa tertentu, di mana ia harus mengeluarkan kutukan atau melakukan perhitungan atas perilaku buruk mereka. Salah satu cerita yang terkenal adalah "kutukan Batuan", yang terkait dengan peristiwa yang melibatkan desa tersebut dan gangguan gaib (wabah desa) yang muncul akibat pelanggaran terhadap aturan spiritual.
Pusaka Warisan Leluhur
Ketiga Leluhur Agung atau Guru Suci tersebut memberikan saya sebuah pusaka berupa tongkat dari kayu tua majegau. Tentunya pusaka tersebut tidak datang secara tiba-tiba, namun dihadirkan melalui perantara seseorang yang berasal dari Bali. Orang tersebut adalah seorang pemangku sekaligus seorang seniman.
Ia dipertemukan dengan saya, menghubungi saya, dan mendapatkan nomor WhatsApp dari salah satu teman saya yang merupakan pemerhati tosan aji. Ia bercerita bahwa selama 17 hari berturut-turut, ia mendapatkan mimpi yang sama dari seorang kakek tua berwujud resi, yang memintanya membuat sebuah tongkat dengan detail gagang/handle berukir wujud seorang resi yang muncul di dalam mimpinya tersebut.
Sosok resi tersebut juga mengatakan bahwa suatu saat, tongkat pusaka tersebut harus diberikan kepada seseorang yang di-restui. Setelah pemangku tersebut bertemu dengan saya lewat video call bersama pemerhati tosan aji lainnya, ia mendapatkan bisikan bahwa saya adalah orang yang dimaksud oleh sosok resi tua dalam mimpinya tersebut. Akhirnya beliau memberikan tongkat pusaka tersebut kepada saya.
(Tongkat tersebut pernah saya bawa saat perjalanan ke Bali dan digunakan untuk memberkati beberapa murid saya.)
Tirakat dan Penurunan Ilmu
Setelah saya memiliki pusaka itu, suatu ketika saat bermeditasi, saya didatangi oleh ketiga Leluhur Suci atau Guru Suci dan diminta untuk menjalani tirakat serta puasa selama 7 hari. Pada hari terakhir puasa, ketiga Guru Suci (bukan hanya salah satunya) mengajarkan saya sebuah keilmuan tingkat tinggi, yaitu:
Ajian Atmananda Ṛṣi Karunya, yang bermakna:
> Kesaktian suci yang bersumber dari pencerahan batin, warisan para leluhur agung, dan welas asih spiritual yang menjangkau alam gaib.
🕉️ Makna Per Kata
Atmananda → Kebahagiaan atau pencerahan jiwa (mengacu pada kekuatan batin sejati atau energi suci dalam diri).
Ṛṣi → Resi, leluhur suci, orang bijak agung dari masa lalu yang telah mencapai kesaktian dan moksha.
Karuṇya → Kasih suci, belas kasih surgawi, juga dapat merujuk pada kekuatan spiritual yang muncul dari welas asih dan pemahaman gaib.
🔱 Ajian Ini
Ajian ini seolah-olah menggabungkan ilmu warisan para ṛṣi dan para leluhur, kekuatan batin dari dunia spiritual, serta pengetahuan terhadap rahasia alam niskala.
Para Guru Suci menceritakan asal-usul dari ajian ini yang berasal dari Sang Resi Sivamokṣa, Penjaga Gerbang Niskala dan Penurun Ajian Atmananda Ṛṣi Karuṇya.
🧘♂️ Asal-Usul Resi Sivamokṣa
Pada zaman kuno, di puncak gunung rahasia bernama Gunung Candrabhasa, hiduplah seorang resi agung bernama Sivamokṣa. Ia adalah keturunan dari garis ṛṣi Siwa-Buddha, namun memilih hidup menyendiri, bertapa di antara bayang-bayang kabut gaib dan heningnya alam niskala.
Ia tidak dikenal oleh umat manusia, namun disegani oleh para bhūta kala, pitara (roh leluhur), dan apsara niskala.
Dikatakan bahwa beliau mampu berkomunikasi lintas tiga alam:
Bhur Loka → Alam nyata
Bhuvah Loka → Alam gaib
Svah Loka → Alam para dewa
🌌 Wahyu di Malam Rahu
Suatu malam, ketika bulan lenyap ditelan bayangan Rahu, Resi Sivamokṣa mendapat bisikan niskala dari leluhur agung. Suara itu bukan berbentuk kata, melainkan getaran jiwa.
Ia duduk bersila di dalam lingkaran rajah api, memusatkan napasnya ke dalam inti kalbu. Dalam kesunyian total itu, muncullah mantra, simbol, dan kekuatan yang membentuk Ajian Atmananda Ṛṣi Karuṇya, sebuah ajian yang tidak diturunkan melalui lisan, tetapi melalui penyatuan jiwa dengan kekuatan alam dan leluhur.
🔥 Isi Wahyu
Leluhur bersabda:
> “Kekuatan sejati bukan datang dari penguasaan dunia, melainkan dari pencerahan batin yang penuh welas asih.
Wariskan ini hanya pada jiwa yang telah bersih dan tidak haus akan nama dan kekuasaan.”
🗝️ Penjaga Rahasia
Sebelum moksha, Resi Sivamokṣa meninggalkan tubuhnya dalam bentuk abu putih yang tidak pernah hilang ditiup angin. Abu itu dipercaya bersemayam dalam batu hitam di dalam gua tersembunyi di Bali Timur, dan hanya dapat dilihat oleh mereka yang telah “dibuka mata batinnya oleh leluhur”.
Mereka yang layak akan bermimpi didatangi oleh sosok resī berjubah putih, bermata seperti nyala api namun lembut, membawa tongkat penuh aksara, dan dikelilingi rajah api berbentuk bunga teratai. Di situlah ajian ini dibisikkan langsung ke jiwa mereka, bukan ke telinga.
🌿 Warisan Saat Ini
Para sulinggih dan pemangku yang terpilih secara niskala meyakini bahwa ajian ini hanya akan turun kepada:
Orang yang hatinya penuh welas asih
Yang berani menghadapi kegelapan dalam dirinya sendiri
Dan yang tetap rendah hati, meskipun sudah menyentuh kekuatan besar
Namun, atas restu Para Guru Suci, mereka menurunkan ajian ini kepada saya — yang hanyalah manusia berdosa dan penuh dengan kekurangan. Maka dengan itu pula, para Guru Suci merestui jika ilmu ini bisa diturunkan kepada siapa pun yang benar-benar mau menghormati warisan agung leluhur.
🌀 Simbol Rajah dan Mantra
Ajian Atmananda Ṛṣi Karuṇya memiliki:
Simbol rajah suci
Mantra dalam bahasa Sanskerta
Deskripsi kekuatan dan fungsinya
📜 Rajah Atmananda
Rajah-nya menggunakan bentuk dasar mandala, dengan trikona (segitiga suci) dan aksara-aksara Sanskrta kuno di tiap penjuru. Rajah ini hanya akan diberitahukan kepada pemilik sah keilmuannya. Rajah tersebut wajib dicetak dan dilaminasi, dapat diletakkan pada altar, dan juga bisa dibawa kemana-mana.
Saya tidak dapat membagikan simbol rajahnya secara umum karena bersifat sinengker, namun berikut adalah penjelasan makna dari simbol-simbolnya:
Om → Sumber segala kekuatan spiritual
Atmananda (Pusat) → Inti dari ajian, kekuatan suci dari dalam diri
Ṛṣi & Karuṇya → Dua sisi kekuatan leluhur dan welas asih
Bhūta → Roh-roh alam gaib
Pitṛ → Arwah leluhur
Trailokya → Tiga alam: Bhur (dunia), Bhuvah (astral), Svah (spiritual)
Ma → Huruf mistik yang mewakili energi Ibu Semesta (Śakti)
📿 Mantra Inisiasi
Mantra inisiasi dan penggunaan ajian ini menggunakan bahasa Sanskerta, dan hanya akan diberikan kepada pemilik yang telah terhubung secara spiritual.
🔥 20 Manfaat Kekuatan Ajian Atmananda Ṛṣi Karuṇya
1. Melindungi dari Gangguan Gaib (Bhūta Kala)
Memberikan tameng halus dari energi niskala yang mampu menangkal makhluk astral jahat dan energi negatif.
2. Menguatkan Aura Spiritual
Memperkuat pancaran aura diri sehingga disegani oleh manusia maupun makhluk tak kasat mata.
3. Membangkitkan Kesadaran Ātma (Jiwa Sejati)
Menghubungkan kesadaran diri dengan sumber energi rohani terdalam yang disebut Ātmananda.
4. Mengaktifkan Warisan Energi Leluhur
Membangkitkan energi suci yang diwariskan dari para leluhur melalui darah dan karma turunan.
5. Memudahkan Komunikasi Niskala
Membuka akses untuk memahami petunjuk lewat mimpi, pertanda alam, atau rasa batin dari para ṛṣi dan pitara.
6. Meningkatkan Intuisi dan Penglihatan Batin
Menajamkan mata ketiga (Ajna Chakra), membantu mengenali energi tempat, orang, dan waktu dengan akurat.
7. Menyeimbangkan Energi Tri Loka
Membuat jiwa harmonis dengan energi dari tiga alam: Bhur (bumi), Bhuvah (gaib), dan Svah (dewa).
8. Menjernihkan Pikiran dari Klesha (Noda Batin)
Menghilangkan keraguan, ketakutan, dan kecemasan yang berasal dari gangguan mental dan emosional.
9. Meningkatkan Kharisma dan Daya Pikat Spiritual
Membuat pembawa ajian dihormati, dihargai, dan mudah dipercaya oleh banyak orang.
10. Memperkuat Doa dan Mantra
Energi ajian ini memperbesar kekuatan mantra apa pun yang diucapkan, karena berasal dari keselarasan dengan niskala.
11. Membuka Akses ke Ilmu Gaib Murni
Membuat pemilik ajian lebih mudah menerima bisikan ilmu langka dari dunia astral atau pewarisan ṛṣi.
12. Mempercepat Penyembuhan Energi (Prāṇa)
Membantu dalam proses penyembuhan spiritual, baik pada diri sendiri maupun orang lain.
13. Menguatkan Energi Saat Ritual atau Upacara
Menjadi penguat saat menjadi pemangku, sulinggih, atau pelaku ritual spiritual lainnya.
14. Menjadikan Diri sebagai “Jembatan Leluhur”
Membuka diri menjadi medium bagi pitara yang hendak menyampaikan pesan niskala.
15. Membentengi Rumah dari Energi Jahat
Ajian ini dapat ditanamkan secara gaib di rumah atau pura untuk mencegah gangguan.
16. Meningkatkan Kepekaan terhadap Waktu Sakral
Membantu membaca waktu-waktu mistik seperti Kajeng Kliwon, Tilem, Purnama, dan Wuku tertentu.
17. Memungkinkan Transformasi Spiritual
Ajian ini memicu fase transformasi diri yang mendalam, dari ego menuju welas asih suci.
18. Menarik Perlindungan Dewa dan Leluhur
Menjadi magnet spiritual yang menarik kekuatan positif dari para Dewa pelindung dan leluhur suci.
19. Melatih Kesadaran Diri dalam Tidur dan Mimpi
Mampu bermimpi sadar (lucid dream) dan melakukan perjalanan batin dalam tidur yang terarah.
20. Mempersiapkan Jiwa Menuju Moksha
Ajian ini menjadi jalan pembuka untuk pelepasan ikatan samsara dan menuju kebebasan sejati (moksha).
✨ Koneksi dengan Tiga Leluhur Agung
Dan tentunya, pemilik ajian ini akan terhubung secara terus-menerus secara niskala dengan portal tiga leluhur agung, yaitu:
Ida Pedanda Sakti Wawu Rauh
Ida Bhatari Ratu Niang Sakti
Ida Betara Ratu Gede Mas Mecaling
🛕 Bahan Ritual yang Harus Disiapkan oleh Pemahar:
3 batang dupa cendana
1 bunga mawar putih
1 gelas tirta (air suci)
Simbol rajah ajian (akan diberikan secara khusus)
Mahar spesial ulang tahun 7-8 Juli 2025 : Rp 1.599.000,-
Mahar normal : Rp 30.000.000,-
Info dan Pemaharan : Admin Amurwa Bhumi